Sampai saat ini mungkin banyak orang yang lebih mengenal getah karet sebagai lateks yang bernilai ekonomis tinggi. Hal ini wajar karena di Indonesia pohon karet lebih populer dan banyak dibudidayakan terutama di beberapa daerah yang ada pada pulau Sumatera. Namun apakah kalian tahu jika ternyata ada tanaman lain yang juga memiliki getah yang memiliki nilai jual kembali, bahkan harga eceran getah dari tanaman ini berkali-kali lipat dari harga eceran getah karet.
Getah yang memiliki nilai jual kembali yang tinggi adalah getah jernang. Jernang adalah sari buah yang dihasilkan dari tanaman sejenis rotan, khususnya dari jenis keluarga Daemonorops. Tanaman ini banyak terdapat di hutan Indonesia, bahkan 80% dunia ada di Indonesia dan sebagian besar tumbuh di hutan Sumatera.
Getah jernang menjadi sangat mahal karena merupakan produk ekspor yang dijual ke berbagai negara Asia dan Eropa. Di pasaran internasional, jus jernang lebih dikenal dengan sebutan Dragon’s Blood atau Darah Naga. Disebut darah naga karena warna sari jernangnya merah seperti darah.
Fungsi Getah Jernang
Lalu mengapa getah jernang bisa menjadi begitu sangat istimewa?Alasan mengapa getah jernang memiliki harga jual yang terbilang tinggi adalah karena getah jernang memiliki beberapa keunggulan dan menjadi bahan baku berbagai industri skala besar, terutama industri luar negeri. Sari jernang digunakan sebagai bahan baku pewarna porselen, campuran obat, pewarna kayu, pewarna marmer, bahan baku kosmetik layaknya membuat lipstik dan masih banyak lagi.
Sebelum diekspor ke luar negeri, sari jernang diolah terlebih dahulu menjadi tepung terigu. Bubuk ini berasal dari buah rotan yang diolah dengan cara digiling atau digiling. Harga 1 kg jernang sangat tinggi yaitu 2 juta – 3 juta rupiah, bahkan jika kualitas jernang sangat bagus, nilainya bisa lebih tinggi lagi, hingga 4 juta rupiah. Setelah jernang diolah menjadi tepung terigu, jernang tersebut diekspor ke berbagai negara seperti Singapura dan China. Salah satu pabrik pengolahan jernang di Sumatera bahkan bisa meraup untung 2,5 miliar per bulan dari kegiatan ekspor jernang ini.
Tingginya harga jual jernang menyebabkan banyak masyarakat di berbagai daerah di Sumatera berburu pohon rotan yang menghasilkan sari buah jernang. Keadaan ini menyebabkan persediaan jernang di hutan mulai berkurang, terutama akibat penebangan pohon jernang oleh pemburu jernang. Melihat kondisi tersebut, beberapa daerah sudah mulai memanfaatkan rotan penghasil jernang sebagai tanaman budidaya.